Categories
Experiences of Our Community Members

Ditilang Polisi

Halo semua, perkenalkan nama saya Fahmi Fathurrahman, saya berkuliah di Vrije Universiteit Amsterdam, jurusan Geology. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan mengenai pengalaman saya ketika baru beberapa hari sampai di Amsterdam. Hari ini, saya baru membeli sepeda, karena wawasan yang begitu terbatas dan tergolong masih awam, saya tidak dapat membedakan antara Metro atau Tram. Pada kenyataanya, terdapat beberapa aturan penting yang diterapkan kepada masing-masing jenis tersebut. Ketika saya hendak pulang menggunakan transportasi umum, saya memilih Tram yang notabene dilarang membawa sepeda ke dalamnya. Saya naiklah pada hari itu dengan rasa penuh percaya diri. Tram pun berjalan, hingga melewati 4 station, tidak terjadi apa-apa. Namun, pada stasiun ke 5, masuklah 2 orang polisi dan langsung berbicara ke arah saya dengan menggunakan bahasa Belanda. melihat bahasa tubuhnya, saya percaya bahwa ia menunjuk ke arah sepeda. Saya pikir rantai saya karatan, ternyata atau pun roda saya kempes. Namun, ternyta dilarang membawa sepeda. Langsung saya menjadi sangat panik, keringat dingin bercucuran, dan ia menghimbau saya untuk segera turun di station berikutnya. Untungnya adalah, staiton berikutnya merupakan memang tujuan akhir saya. Sekian dulu, menulisnya jadi ingin menangis kembali karena ingat ketegangan saat itu.Categories

Categories
Experiences of Our Community Members

GLOW – Eindhoven

Hallo!! Gue Ghea, mahasiswi master Social Psychology, 2017/2018 di VU Amsterdam.

Kali ini, gue mau cerita pengalaman gue waktu ke GLOW festival di Eindhoven tanggal 7 November 2017. GLOW adalah acara light festival rutin tahunan yang diadakan di Eindhoven karena Philips itu terkenal banget di Eindhoven.

Seneng banget bisa dateng ke glow festival ini. Pernah main ke Eindhoven sebelum ada festival ini, dan rasanya beda banget.

Mereka bisa buat kota yang awalnya terkesan serius, jadi kota yang ceria berwarna warni (yaah.. nggak seluruh kota si yaa pastinya, tapi seenggaknya di bangunan-bangunan yg kita lewatin dalam jalur glow festival ini).

Walaupun gratis, tapi festival ini kelihatan tetap dikerjakan dengan serius banget! Contohnya, ada gereja yang jadi bagus banget dilihatnya, karena perpaduan warna lampunya dibuat dengan sangat detail.

Sebenernya, ada light show juga yang bisa kita lihat tapi memang enggak gratis. Tapi, kalau beli tiket pakai student card, enggak terlalu mahal kok. Biayanya sekitar 3 euro. Sayangnya, karena kemarin gue terlambat datang sampai di Eindhoven, kita enggak bisa masuk ke stadium.

Jadi, kalau mau nonton light shownya, jangan lupa untuk cek show time dan juga harus cek jalur ke stadiumnya ya!

Tip satu lg karena acaranya malam hari dan dingin, jangan lupa pakai baju hangat, scarf atau topi, supaya masih bisa menikmati festivalnya dengan enggak terburu-buru.. (boleh bawa payung juga untuk jaga-jaga.. Secara, cuaca di Belanda enggak bisa diprediksi).

Segitu dulu yaa ceritanya, sampai jumpa di lain waktu..

Cheers!

Ghea Shinantya

instagram: @gheashinantya

Categories
Experiences of Our Community Members

Berpuasa di Belanda – My Experience

Hoi allemaal! Namaku Alfa dan saat ini aku sedang menempuh pendidikan di program Research Master jurusan Cognitive Neuropsychology di VU Amsterdam. Ini merupakan tahun keduaku ( hopefully yang terakhir pula) yang berarti kedua kalinya aku menjalani puasa Ramadan di Belanda. It’s safe to say that it’s been an interesting ride!

Ramadan tahun ini, seperti tahun sebelumnya, jatuh di bulan Mei-Juni yang merupakan musim panas di Eropa. Cuaca saat musim panas pada umumnya kering dan suhu udara bisa mencapai 31 derajat Celsius, dengan paparan matahari yang lebih lama dibandingkan musim dingin. Hari yang panjang menandakan waktu subuh yang lebih dini (sekitar jam 3-4 pagi) dan waktu maghrib yang lebih telat (sekitar jam 9-10 malam). Oleh karena itu, durasi puasa bisa mencapai 19 jam.

Setelah terbiasa puasa selama 14 jam di Indonesia, awal-awal puasa di Belanda merupakan suatu hal yang cukup menantang. Ketika masih di Indonesia, aku tidak perlu terlalu menyesuaikan waktu bangun tidur dan menu makan apa yang paling berenergi. Di sini, aku harus bangun jam dua pagi untuk sahur, padahal baru dua jam sebelumnya salat isya dan tiga jam sebelumnya aku berbuka puasa. Akhirnya, aku sering kali tertinggal sahur (dan subuh!) karena bangun tidur jam lima. Melakukan salat tahajud pun sedikit sulit karena aku terlanjur mengantuk setelah jam 12 malam.

Di tahun kedua, aku lebih mempersiapkan waktuku. Karena jeda waktu yang sempit antara buka dan sahur, aku memutuskan untuk begadang di malam hari. Jam tidur kuubah menjadi pasca salat ashar sampai dengan maghrib (jam tujuh hingga sepuluh malam), kemudian dilanjutkan setelah subuh (jam setengah empat sampai tujuh pagi). I’m glad to report that it works! Akhirnya jarang sekali deh aku telat sahur (walaupun terkadang masih sering ketiduran).

Selain menyesuaikan waktu tidur, aku pun harus memikirkan menu makan yang tepat. Aku tidak bisa sembarang makan karena setelah sahur harus puasa berjam-jam lamanya. Aku harus menentukan diet makan seperti apa yang bisa memberikan tubuhku energi yang cukup. Setelah melakukan riset (i.e. baca-baca di internet), aku menemukan bahwa chia seeds memiliki kandungan protein dan fiber yang tinggi, sehingga hampir setiap sahur aku memakan makanan dengan chia seeds. Minum yang cukup juga sangat penting sehingga di antara waktu buka dan sahur aku selalu mencoba untuk minum paling tidak enam gelas air.

Berhubung disini ada komunitas PPI Amsterdam, saat Ramadan pada umumnya kita juga mengadakan acara buka bersama (bukber). Tahun ini, para mahasiswa Indonesia yang sedang menjalankan studi di Amsterdam dapat datang ke acara bukber yang bersifat all-you-can-eat, dan semua makanan dibuat oleh pengurus PPI Amsterdam! Menu yang dihidangkan bermacam-macam, mulai dari es buah untuk ta’jil, bakwan, hingga soto ayam. Aku merasa seperti sedang bukber di Indonesia.

Ada beberapa penyesuaian yang harus aku lakukan selama berpuasa di Belanda, namun sepertinya bagiku menjalankan puasa bukanlah hal yang terlalu sulit dilakukan. Dengan niat yang kuat, alhamdulillah, saat telat sahur pun aku masih memiliki energi untuk berpuasa. Menurutku, hal yang paling disayangkan hanyalah sulitnya untuk salat tahajud di masjid, karena waktu isya yang sangat larut dan aku enggan keluar rumah semalam itu. Namun, selebihnya berpuasa di Belanda ‘tidak jauh’ berbeda. Semoga pengalamanku cukup informatif! Selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan. Ramadan Mubarak!

– Alfa Sanoveriana –

Categories
Experiences of Our Community Members

Amsterdam Survival Guide

Studying abroad is one of the biggest challenges in my life. I step up from my comfort zone, leaving my inner circle and push off my limits.

Then, on this page, I would like to share my stories of where my life begin on 30th August 2018.

Udah cukup keren kan intronya pake inggirs? Oke, let me introduce myself (cie jaksel banget bahasanya) gue Theresia Mega Amelia, panggilannya Amel. Sekarang lagi kuliah 3rd year di SBM ITB. Sedikit cerita, kenapa gue bisa berada di Amsterdam, gue mengikuti program Exchange Student yang diselenggarain sama kampus dan salah satu pilihannya adalah University of Amsterdam. Dengan proses yang panjang dan sedikit kendala, akhirnya tanggal 30 Agustus 2018 gue berhasil sampai disini dengan keadaan belum memiliki tempat tinggal. Ya, belom dapet tempat tinggal.

Terus gimana caranya bisa dapet tempat tinggal? Kenapa bisa sampai belum punya tempat tinggal? Okey, dalam kesempatan kali ini gue dikasih kesempatan untuk menulis sebuah kisah, tapi kayanya akan lebih enak gue bilang sharing pengalaman dan sedikit tips tentang kehidupan di Belanda. Gue akan membagi menjadi 3 bagian : Accomodation, Transportation and Serba serbi .

Accomodation

Ya seperti yang udah gue sebutkan diatas, pas gue sampe Amsterdam gue belom dapet tempat tinggal. Gimana? Nekat bukan? Yes, gue seberani itu pergi ke Amsterdam tanpa tempat tinggal yang pasti. Intinya gue udah apply housing via universitas gue, tapi karena waktu itu submitnya telat 2 hari, banyak banget yang daftar, gue masuk waiting list dan ketika gue confirm cuman balesannya “Please find your accomdation in the market” rasanya ingin berteriak dan memaki. Karena percayalah, nyari tempat tinggal terasa lebih susah dari pada mencari jodoh. Kalian harus mendaftarkan alamat tempat tinggal kalian ke pemerintahan sementara banyak tempat tinggal yang tidak mau didaftarkan. Tapi akhirnya berkat kenalan-kenalan orang Indonesia gue berhasil mendapatkan tempat tinggal di Amsterdam bersama Host Family. So, buat temen-temen yang mau ke Amsterdam here’s some tips soal Accomodation:

  1. Kalau di kasih submission tentang student housing LANGSUNG ISI GAUSAH MIKIR

Ini adalah kesalahan terbesar gue ketika gue postpone ngisi yang student housing dan masih memilih yang murah harganya. Jadi gitu deh udah telat masih pengen yang murah. Dasar manusia. HAHAHAHA. Seandainya mahal pun disini studio apartement sekitar 500-600 eur per bulan. Sebenernya masih oke harganya untuk tinggal disini secara kota besar. Tapi kalau mau yang lebih murah sekitar 300-400an harus jauh-jauh hari nyarinya ato tanya kakak kelas atau temen yang sekolah disini dan udah mau balik ke Indonesia.

  1. TANYA GROUP PPI

Group PPI is your home and your solution. Terkadang perasaan senasib itu diperlukan supaya tidak merasa khawatir. Di grup PPI juga banyak orang Indonesia yang sudah berkeluarga dan melanjutkan pendidikan disini biasanya sewa rumah dan ada tempat kosong it would be a good option. Disisi lain, kalau belum dapet tinggal tanya ada yang belum dapet juga gak, dan seenggaknya mengurang

  1. TANYA KENALAN ORANG INDONESIA YANG TINGGAL DI AMSTERDAM

Di Amsterdam banyak banget komunitas orang Indonesia, selain dari basis pelajar ada juga yang berbasis agama. Nah ini bisa kalian gunain untuk mencari informasi soal tempat tinggal kalau di PPI udah tidak ada jawabannya. Mereka biasanya ada kontak sosial media yang bisa di kontak. Di coba aja yak!

  1. STUDENT HOTEL

Pastikkan kalau kalian mau di student hotel book dari jauh jauh hari. Ga terlalu mahal harganya antara 600-800an per bulan tapi nyaman. Di hari deket-deket udah taun ajaran baru, banyak banget orang orang yang menjadikkan student hotel option mereka karena mereka gak dapet tempat tinggal. Jadi buruan kalau mau oke!

  1. PRIVATE MARKET is your last option

Sungguh gais mencari rumah di private market tidaklah mudah. Karena kalian harus extra hati-hati dan harganya agak mahal ini cocok kalo kalian mau sharing room. Ya intinya hoki-hokian gais. Percayalah susah mencari rumah yang deket, murah dan nyaman :”)

Iye gue dummies nekat pergi ke Amsterdam belom punya tempat tinggal. Tapi percayalah kalau emang kalian ditakdirkan tinggal disini kalian akan menemukan jalannya :”).

Transportation

Nah ini cerita dummies gue di Amsterdam seputar kendaraan. Jadi di Amsterdam ada 5 bentuk public transport : metro, tram, bus, sprinter, dan intercity. Pusing kan? Sama saya juga pusing pas sampai sini.

  1. Metro

Metro itu kaya MRT gitu banyak stasiunnya dilambangkan dengan huruf besar “M” disetiap stationnya. Life hack yang mau gue kasih tau adalah, perhatiin jalan keluar metro. Satu station biasanya punya jalan keluar minimal 2 arah yang berbeda. Jadi pastiin tempat kalian yang mau datengin itu di daerah mana. Kalau gak lumayan aja sih jalannya muter. Dan kalau kalian ketinggalan metro arah tujuan kalian, coba sedikit cerdik melihat peta metro lain yang melewati jalur tersebut.

  1. Tram

Tram itu kaya metro tapi di tengah kota. Bingung kan. Yes Tram ini biasanya untuk jarak yang deket-deket di city center tapi bukan berarti gabisa jauh, ada beberapa tram juga yang jarak jauh kok. Kalo naik tram jangan lupa pencet tombol stop yes!

  1. Bus

Nah ini kaya bus biasa gais dia juga per titik dan di tengah kota. Jarak jauh deket ada. Kalau naik bus, kalian ga boleh banget lupa pencet tombol stop karena kalau lupa, busnya gak berhenti. Ini kejadian yang gue alamin. Ato jangan terlalu cepet pencet stop. Tengsin dan gengsi cuy kalo salah. Dan untuk kalian yang suka kehdiupan gemerlap di malam hari, ada kok bus yang sampai subuh cuman sedikit mahal. Kalau kepepet dan banyakkan, lebih baik naik uber aja harganya lebih murah!

  1. Sprinter dan intercity

Mereka mirip mirip gitu keretanya cepet banget hanya ada beberapa di stasiun-stasiun tertentu dengan lambang tanda panah dua arah. Kalau kalian menggunakkan transportasi ini, minimum saldo kalian harus 20 eur! Kalo gak gabisa masuk gais! Jadi make sure saldo kalian 20 eur ya.

Serba Serbi

Dibagian ini mau sedikit cerita ga spesifik-spesifik amat sih bagiannya cuman ingin bercerita apa yang berubah dari hidup gue disini. Banyak banget yang berubah setelah hidup di luar selama kuran lebih 2 bulan dan menjadikan gue orang yang…………….bisa masak.

Iya jadi bisa masak. Oke yang pertama, disini makanan itu mahal banget gais, so usahakan kalian bisa masak karena kalo masak bakal jauh lebih murah. Jangan bilang gabisa, semua bisa asal ada kemauan. Yang kedua ikut organisasi! PPI! Wah gila sih cuy, nih gue kasih testimony aja soal acara pertama PPI yaitu welkom kalo gasalah, disitu gue ketemu sama temen temen baru dari satu kampus dan beda kampus jadi pas masuk kuliah udah ada temen baru seenggaknya tidak culture shock banget dan punya temen senasib! Yang ketiga, jangan lupa bawa tumbler gais! Air mahal mending buat beli yang lain. Dan yang terakhir it’s about partime job! untuk kalian yang mau dapet part time, banyak kok restaurant Indonesia yang menyediakkan part time job. kalian bisa tanya-tanya lewat group ppi atau temen-temen yang sudah kerja tempatnya membuka lowongan atau tidak dan mulailah mengontak si owner! Untuk kalian yang exchange student itu agak sedikit susah nyarinya karena rata-rata mereka lebih prefer untuk mempekerjakkan mahasiswa yang long-term stay. Tapi bukan berarti tidak ada, tetep ada cuman harus sabar saja mecarinya. Gajinya? Lumayan kok buat jalan-jalan dan memenuhi kebutuhan hidup. Hem pokoknya masih banyak soal Amsterdam, dan it worth every single miles yang kalian tempuh disini pokoknya I wish you goodluck buat adik adik yang mau dateng dan menimba ilmu disini, jangan ansos! Ayo bersosialisasi biar nanti kalau ada kesusahan you always have your second family.

Cheers!

Amel

Categories
Experiences of Our Community Members

Amsterdam Garuda Cup

Halo, perkenalkan nama saya Nicholas Sukendi, mahasiswa UvA mengambil jurusan Business Administration.

Tahun ini adalah tahun pertama saya di Amsterdam. Disaat saya begabung di PPI Amsterdam, saya langsung ikut group Futsal karena itu adalah hobi saya sejak kecil. Nah kebetulan, tidak lama setelah kedatangan saya, PPI amsterdam mengadakan Amsterdam Garuda Cup yang merupakan salah satu program dari acara mereka.

Amsterdam Garuda Cup adalah sport event PPI Amsterdam yang baru di adakan pertama kali di tahun ini. Tujuan dari acara ini yaitu untuk menyatukan mahasiswa-mahasiswa yang hijrah ke Belanda melalui olahraga. Cabang olahraganya terdiri dari Futsal, Badminton, Basket, Voli.

Saya bergabung dalam tim futsal PPI Amsterdam dan memulai latihan rutin untuk mempersiapkan diri mengikuti lomba. Jujur, awalnya saya ragu banget untuk ikut event ini. Rasa kurang percaya diri selalu ada karena saya sudah cukup lama tidak bermain futsal dikarenakan kesibukan kuliah yang padat. Namun, saya juga ingin berpartisipasi dan meramaikan acara ini. Siapa tau aja menang :p

Saya cukup takjub dengan event ini karena bukan hanya teman-teman dari PPI kota, PPI Belanda, dan KBRI yang ikut bergabung melainkan juga teman – teman dari PPI tetangga seperti PPI Belgia.

Bagi mahasiswa yang menyukai olahraga boleh banget untuk ikut serta dalam Garuda Cup dan bersaing dengan PPI yang lainnya. Selain kompetisi olah raga, ini juga merupakan salah satu sarana untuk mempererat hubungan kekeluargaan sebagai sesama pelajar di luar negeri.

Bagi yang tidak menyukai olahraga, boleh banget untuk hadir dan mendukung teman-teman yang bermain sambil. Dijamin gak akan bosan karena kalian juga bisa menyicipi jajanan dan makanan Indonesia yang pastinya dikangenin oleh kita pelajar perantau. Selain mendapatkan uang maupun medali bagi para pemenang, diacara ini kalian juga berkesempatan untuk mendapatkan doorprice yang akan diundi secara acak.

Dari pengalaman pribadi saya, saya ikut serta dalam olahraga futsalnya. Karena tahun ini merupakan pertama saya, saya sangat bersemangat namun juga sangat gugup. Sangat disayangkan bahwa tahun ini Tim Futsal PPI Amsterdam belum bisa membawakan medali. Akan tetapi, dengan kehadiran kawan-kawan tahun depan, sudah sangat jelas medali beserta uang akan dibawa pulang.